OPINI
MENJAGA DAN BUDIDAYAKAN BAHASA MANGGARAI (BM)
Dalam dunia sekarang
ini terlebih khusus dalam regenerasi kalangan remaja, banyak anak muda yang
lupa dengan berbagai jenis tuturan dalam konteks komunikasi lingkungan
masyarakat manggarai. Nyatanya banyak bahasa manggarai yang sudah tidak dipakai
lagi ataukah mungkin kita adalah generasi pelupa, padahal ini merupakan warisan
dari leluhur walaupun kata itu tidak sering dipakai namun banyak makna yang
tersirat dalam kata tersebut. Banyak tuturan dari nenek moyang yag sudah jarang
dipakai atau sukar disebut oleh generasi sekarang, dibalik ini padahal tuturan
itu sangat penting dan itu merupakan tuturan yang bersifat moral dan mempunyai
kesan yang sangat bermakna dalam kehidupan masyarakat manggarai. Bahasa
mannggarai juga merupakan bahasa sehari-hari yang di pakai oleh sebagian besar
lapisan masyarakat manggarai dalam berkomunikasi dan kegiatan kebudayaan di
desa maupun di kota.
Sebagai bahasa daerah, BM memiliki beberapa
fungsi bagi masyarakat penuturnya. Pertama, sebagai penanda jati diri atau
lambing identitas sebagai masyarakat manggarai dan juga bagi setiap penuturnya.
Dengan menggunakan BM, masyarakat penuturnya menyatakan keberadaannya dalam satu-kesatuan
sosio-kultur. Kedua sebagai wahana pendudkung dan pengembang kebudayaan daerah
masyarakat etnik manggarai serta pewarisannya antarregenerasi. Dalam hal ini,
BM digunakan sebagai wahan penciptaan, perekaman, pengembangan, pewarisan, dan
pelestarian budaya etnik manggarai. Ketiga, sebagai sarana komunikasi intra
etnik yang lebih efektif dan intensif dalam kegiatan sehari-hari, khususnya
dalam situasi formal dan informal. Fungsi- fungsi tersebut merupakan kekuatan
dan daya dukung kelangsungan BM yang pewarisannya antararegenerasi dilakukan
secara lisan. Mengingat penerusan dan pewarisan BM secara lisan dan bentuk
perekaman dan pewarisan yang paling bertahan adalah melalui penggunaan BM dalam
upacara-upacar adat, bukan tidak mungkin suatu saat BM akan terancam kepunahan.
Ancaman kepunahan ini akan semakin dipercepat,
karena tidak adanya bijaksanaan pemerintah daerah manggarai yang sebagaian
besarnya penduduknya merupakan penutur BM. Di klaim selama ini banyak
regenerasi yang menganggap bahwa BM ini hanya sebatas bahan lelucon bila banyak
oang tua yang memakai bahasa manggarai yang jarang dipakai, dan pada hal ini
semua adalah BM yang sudah di warisi dari leluhur. Bahkan banyak kalangan
regenerasi yang selalu berpengaruh dengan bahasa slank atau bahasa modern dari
luar, sehingga lupa akan BM sendiri. Ternyata masih banyak BM yang sedikit demi
sedikit sudah mulai punah dan jarang di pakai lagi. Banyak bahasa BM yang sukar
dipakai oleh masyarakat khusus dalam regenerasi muda selama ini khusus di
daerah Kolang Manggarai Barat, berikut:
Jangka (sisir), jangka-jangka
(ganda-ganda,), bajar (tombo), semba (kain panah), kaye (buku), pintu (tonga),
pendopo (ruang tamu) dan lain-lain. Padahal kata-kata inilah yang sudah dari
dulu di warisi oleh leluhur/nenek moyang untuk regenerasi penerus. Untuk itu
marilah kita sama-sama menjaga kebudayaan kita serta ritual-ritual adat yang
mengandung banyak makna dalam setiap rangkaian acara adat masyarakat manggarai, dan juga BM yang sudah
termakan oleh zaman sudah mulai sedikit punah.
By, DONI PATU.
Bagus nana...kita harus menjaga bahasa daerah/ dialek kita masing2 krn itu merupakan suatu kekayaan yg unik bagi setiap daerah dan masyarakatnya tersendiri. "Save the languagge"
BalasHapus