cerpen/ pengalaman asistensi paskah di Stasi Golo Tawa
CERPEN
(DONATUS PATU)
CERITA DIBALIK KISAH SEBAGAI UTUSAN PENGABDIAN
Pagi
menjelang sore tepatnya pukul 09.15 WITA semua mata dan kaki kami tak sabar
akan keindahan kampung yang disembunyikan oleh egoisnya pemerintah Manggarai
Timur tepatnya di Mombok Stasi Golo Tawa. Keringat mulai bercucur, di pangkuan
seakan mengendong sesuatu yang agak berat itu adalah sebuah yang begitu banyak
menyimpan berbagai macan jahitan kain yang akan kami kenakan sesampainya di
sana. Menit –permenit berlalu utusan penjemput dari stasi Golo Tawa berupa dua
roda empat yang sudah siap kami tumpangi. Dua kendaraan beroda empat melantunkan
musik yang bergema seakan-akan dia juga menyambut kami dengan hati yang riang
dan gembira. Roda mulai berputar menuju stasi Golo Tawa, alunan musik yang
diputarkan mengiringi perjalan kami. Pantas saja daerah yang ada di sana
dikatakan daerah terbuang. Pemuda setempat tutup mata dan bahkan tutup telinga
melihat dan mendengarkan keluh kesah dari masyarakat di sana, mobil berjalan
serasa terombang ambing seperti dihantam ombak besar tapi kami tidak terbawa
suasana akan kondisi jalan.
Tertawa
berbahak-bahak cara untuk menyembunyikan ketakutan kami melewati jalan yang
mungkin sudah dibangun puluhan tahun silam. Tapi tak dapat dipungkiri, saudari
kami tidak bisa menahan ketakutan mereka. Menangis histeris, Karna serasa dalam perjalanan itu kamipun
serasa nyawa kami akan hilang pada saat itu,kemudian yang membuat kami semakin
tambah takut waktu itu,disana ada jembatan yang mungkin sudah dibangun beberapa
puluhan tahun yang silam dan keadaan jembatan tersebut sebenarnya tidak
memungkin untuk bisa menyebrangi mobil yang kami tumpangi. Karna melihat
jembatan yang hanya beralas kayu yang kayunya hampir mulai lapuk juga,dan saat
itu hujan yang begitu sangat deras kami semua terbasah kuyup.sehingga akhirnya
sampailah kami di stasi Golo Tawa,sesampai di stasi Golo Tawa ini setelah kami
keluar semua dari dalam mobil kami sangat terharu karna melihat orang-orang
distasi Golo Tawa yang begitu ceramah dengan kami semua dan serasa mereka
menganggap kami seperti anak mereka sendiri,dan kemudian dari segi
penerimaannya sungguh yang begitu sungguh membuat kami semakin kagum,dan
kemudian kami dismbut dengan secara kebiasaan kita orang manggarai yaitu kita
tidak pernah lupa dengan kebudayaan kita yaitukami langsung (pa,u tuak reis)
yang dibawa oleh (Tu,a golo/tua adat) sesudah itu kami langsung di hidangkan
minum kopi bersama didalam kapela itu.kemudian sesudah minum kopi kami semua dibagi
ke setiap KBG distasi Golo Tawa,keesokan harinya kami juga langsung merepitisi
kembali segala kegiatan yang akan kami bawakan disana,antaralain kor yang akan
kami bawakan malam itu.pada hari jumat pagi kami semua melaksanakan baksos
bersama masyarakat di Golo Tawa,kegiatannya waktu itu gali pasir bersaama
dikali dekat KBG Nteang stasi Golo Tawa,sesudah kegiatan menggali pasir kami
juga langsung pulang kerumah nginap kami masing-masing.
Keterkaitan
teori filsafat dengan pengalaman waktu PKM di Paroki Mombok, Stasi Golo Tawa
adalah status sosial yang berbentur dengan sejarah adanya masyarakat Golo Tawa
yang berada di tengah-tengah daerah yang bermayoritas Muslim.
Penderitaan, kesengsaraan,
kemiskinan, dan banyak faktor lainya yang banyak menggambarkan sejarah
kehidupan manusia di muka bumi ini yang akan mengancam dan bahkan membawa
manusia berada di ujung jurang kehancuran, itulah yang saya temukan ketika saya
mendengar cerita munculnya masyarakat Golo Tawa yang selalu diambang-ambang
akan diusir dari tanah kelahiranya oleh umat muslim yang ada di sana. Kedatangan kami disana bukan hanya untuk
memberikan suara-suara yang muncul secara sporadis untuk membawa perubahan cara
berpikir mereka dalam kaitanya perayaan paskah tetapi sebuah gerakan bersama
untuk selalu berjuang melawan rasa takut yang selalu menghantui mereka setiap
saat. Gerakan bersama ini lewat perayaan paskah bersama membutuhkan tanggung
jawab dalam diri, tanggung jawab moral, nurani yang sehat dan akal budi yang
jernih untuk menyikapi sejarah yang selalu mempersulit daya juang mereka untuk
secara sah menjadi masyarakat asli Golo Tawa. Alkish munculnya kampung Golo
Tawa yang diceritakan oleh seorang bapak tua, yang sudah lama bergelut dengan
kehidupan masyarakat Golo Tawa bahwa beberapa tahun silam kampung Golo Tawa
merupakan kampung yang didiami masyarakat yang berumat muslim, sesuai berjalnya
waktu banyak masyarakat umat muslim pergi untuk merantau ke luar pulau.
Masyarakat yang sekarang adalah masyarakat yang dulunya menstramigasilokalkan
dari sinilah munculnya konflik. Sekarang masyarakat yang pergi merantau tempo
dulu sekarang kembali yang tidak lain adalah masyarakat umat beragama Islam.
Pada
kenyataanya, intoleransi sosial barangkali sudah tidak hanya bagian dari
persoalan mayoritas dan minoritas yang selama ini selalu membebani diskursus
seputar pergaulan social di masyarakat kita sendiri khususnya Stasi Golo Tawa
melainkan telah menyandera kesewenang-wenang segenap sikap yang selalu didasari
sejarah yang tidak kuat mempengaruhi kehidupan sosial mereka sendiri.
Sa atas nama leond j, menyukai tulisan anda,tingkatkan eja,jangan spe kendor.
BalasHapusMakasi ge mas leon n ite kole semangat dlm berkarya ewp
BalasHapusTerima kasih telah membagi tulisan ini, sangat menarik...
BalasHapusIya sama2 n trimaksih
BalasHapus